Search

Tuesday, October 22, 2019

Motif Seni Ukir

Motif seni ukir nusantara merupakan salah satu jenis seni rupa yang banyak karyanya dikagumi dan disukai baik di Indonesia dan mancanegara. Hasil karya seni ukir dikenal sebagai ukiran, seni ini memiliki arti sebuah gambar atau pola yang direalisasikan atau diwujudkan pada media seperti batu, kaya dan media lainnya selama bisa diukir. Seni ukir termasuk salah satu jenis seni kriya dengan wujud 3 dimensi.
Karena nusantara sangatlah luas maka seni ukirpun berasal dari macam-macam daerah. Motif seni ukir nusantara ini digolongkan berdasarkan jenis atau macamnya. Setiap daerah memiliki filosofi dan arti yang berbeda, masing-masing daerah juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lainnya di nusantara.
Berikut ini motif seni ukir nusantara :
1. Motif ukir Toraja
Toraja, tidak hanya terkenal akan kain atau kebudayaannya yang tidak mengubur jenazah nene moyang atau sesepuh mereka. Namun ternyata motif ukiran toraja cukup terkenal dan banyak dijual atau disenangi oleh para pecinta ukiran. Motif ini diaplikasikan utamanya pada kayu. Leluhur mengartikan bahwa ukiran dari Toraja mengandung arti bahwa setiap masyarakat toraja harus memiliki sifat yang saling membantu sesama baik keluarga atau bukan, bekerja keras, da menghormati baik leluhur maupun sang pencipta. Ciri khas yang paling terlihat dari ukirannya adalah warna dasar merah, hitam yang banyak digunakan sebagai simbol tanah toraja, sama pada kain yang biaaa digunakan suku toraja.

Seni ukir toraja memiliki fungsi sendiri sebagaimana setiap seni kriya memiliki fungsi , untuk seni ukir toraja berfungsi sebagai pelengkap hiasan tradisional, penggunaan upacara secara tradisional karena masyarakat toraja sangat banya menggunakan upacara, dan terakhir sebagai sumber ekonomi dan buah tangan khas untuk para turis tanah toraja.
2. Motif ukir Bali
Bali sangat kaya akan para pengukir tradisionalnya. Motif seni ukir Bali sangat terkenal, terutama bagi kalangan mancanegara dan umat beragama Hindu dan Budha. Banyaknya ukiran yang melambangkan dan mengartikan dewa atau dewi dari dua agama tersebut menjadikan pengukir Bali sangat terkenal. Umumnya pengukir menggunakan media utama kayu, khusunya kayu jati. Tidak hanya mengukir namun memahat dan membentuk sebuah patung atau karya seni lainnya. Itulah ciri khas seni ukir Bali. selain itu karyanya lebih mengunggulkan warna natural kayu yaitu coklat dan hitam dibanding pewarnaan lainnya. Ada juga seni ukir Bali yang menggunakan bahan batu padas yang tidak kalah terkenal.
3. Motif ukir Jepara
Sebagai daerah yang mengolah berbagai kayu hutan seperti jati dan mahoni, Jepara tidak akan lewat dari seni ukir nusantara. Hasil karya ukiran Jepara sangat terkenal pada furniture atau peralatan rumah tangga berat layaknya lemari dan tempat tidur berbahan kayu mahoni dan jati berat yang diukir sehingga memiliki nilai sangat tinggi. Bahkan ada Desa Mulyoharjo yang menjadi pusat ukiran dan pembuatan patung di Jepara. Hasil karya ukiran Jepara tidak diragukan lagi terutama di Indonesia. Banyak yang mempercayakan daerah Jepara.
Pada ukiran Jepara memiliki ciri khas motif jumbai dan daun yang keluar dari pangkal daun sebangk 3 buah. Di berbagai karya Jepara motif ini dianggap simbol dan menandakan bahwa ukiran tersebut asli. Tak hanya itu tangkai dari bentuk tanaman tersebut dibuat melengkung dan rantingnya mengisi ruang. Dengan begitu anda sudah bisa memastikan bahwa ukiran tersebut dari Jepara.

4. Motif ukir Irian
Bukan hanya daerah Jawa, ternyata suku asmat di Irian menggunakan karya ini sebagai icon atau perwakilan dari hasil seni yang mengalir pada darah suku asmat. Ciri khas yang dimiliki tentu saja gambar yang masih kasar dan ukiran yang dibuat besar dan jelas. Ukiran umumnya digunakan untuk topeng khas suku asmat, perahu dan barang yang berguna untuk upacara tradisional lainnya. Suku asmat juga biasa menggunakan ukiran untuk barang rumah tangga pendukung kehidupannya.

5. Motif ukir Aceh
Jika sudah ke Irian maka ayo pergi ke bagian barat Indonesia yaitu Aceh. Aceh memiliki seni ukir yang biasa digunakan untuk hiasan dinding dan kayu pada tiang atau pendukung bangunan di rumah. Bahkan tak jarang hingga untuk atap dan dinding. Karena umumnya rumah atau rumoh tradisional ini berbahan utama kayu dan keseluruhan ornamen dalam rumah adalah kayu. Ciri dari ukir kayu yang digunakan oleh Aceh adalah motif yang berbau keislaman seperti motif flora dan menghindari motif fauna. Selain itu ukiran Aceh dibagi menjadi dua yaitu motif tembus dan tidak tembus. Sehingga motif seni ukir nusantara ini banyak digunakan di rumah gadang dan rumah panggung ala daerah melayu. Motif paling favorit masyarakat Aceh adalah motif ‘tunas rebung’ yang banyak ditemui di Aceh dan bentuk ukirannya yang indah. Untuk arti atau makna dari ukir Aceh tidak ada karena murni hanya mempercantik dan memperindah saja.
Atikel terkait : Makna Tari Saman
6. Motif ukir Surakarta
Jika tadi sudah membahas Bali dan Jepara selanjutnya adalah daerah Surakarta Jawa Tengah. Karena banyaknya ornamen rumah atau peralatan besar rumah menggunakan kayu, sudah pasti ukiran menjadi salah satu yang bisa memperindah kayu tersebut. Ciri khas ukiran Surakarta adalah ukirannya yang sangat lembut, dan harmonis. Penggunaan motif umumnya yaitu pakis atau tanaman pakis yang sulurnya dibiarkan mengalir secara alami. Selaim itu ukiran surakarta sangat banyak menggunakan pengaruh atau gambaran alam. Karena dianggap sebagai menunjukan nuansa alam dan sangat indah. Motif ukir surakarta digunakan pada kayu utamanya.

7. Motif seni ukir Dayak
Terakhir, yakni ukiran dari pulau di utara nusantara yakni Kalimantan. Ukiran dari pulau ini yang paling terkenal adalah dari suku dayak, Banjarmasin Kalimantan Selatan. Suku ini terkenal sering membuat ukiran pada bangunan, hiasan rumah bahkan senjata tradisional mereka. Ukiran suku dayak mengandung makna dan sangat penting. Sehingga jarang suku dayak membuat ukiran hanya untuk dijual atau komersil saja. Mereka memang membuatnya untuk sebuah kepentingan.

Itulah macam-macam motif seni ukir nusantara dengan diwakilkan beberapa daerah yang memiliki ciri khas dan sudah populer bahkan sampai mancanegara. Bukan berarti daerah lain jelek atau bukan ciri khas nusantara. Hal terpenting adalah bagaimana menjaga dan melestarikan hasil dan budaya dari nenek moyang yang ditinggalkan. Masih banyak lagi seni ukir asal daerah lain yang sama menggambarkan keindahan seni ukir yang khas Indonesia dan tidak bisa didapatkan di negara lain.

Pura Hindu Terbaik Di Bali

Sebagai destinasi wisata, daya tarik pulau Bali ada banyak, salah satunya adalah seni dan budaya Bali. Salah satu wujud seni serta budaya Bali diwujudkan dalam bentuk pura. Beberapa pura yang ada di Bali bahkan telah menjadi ikon pariwisata Bali yang menampilkan keindahan serta uniknya arsitektur bangunan dari masa kerajaan Bali. Sebagian besar pura Hindu, selain menawarkan keindahan arsitektur juga lokasinya yang unik. Membuat sebagian besar pura yang ada di Bali favorit wisatawan untuk foto, karena terdapat keindahan alam sebagai latar belakang.

Waktu terbaik liburan ke objek wisata pura yaitu pada saat sedang ada upacara agama. Karena selain keindahan pura, anda juga akan melihat proses ritual agama Hindu di Bali. Selain itu, saat sedang ada upacara, pura akan dihiasi banyak ornamen keagamaan yang tidak anda lihat jika tidak ada upacara. Jika anda ingin mengunjungi salah satu pura Hindu di Bali, selalu ingat untuk menggunakan pakaian yang sesuai. Seperti memakai kain sarung serta selendang di pinggang. Apabila anda tidak memiliki kain sarung serta selendang, anda dapat membeli di area parkir sekitar pura, atau menyewa.
1. Pura Tanah Lot
Pura Hindu di Bali yang paling populer bagi wisatawan Indonesia? Jawabannya adalah pura Tanah Lot. Pura Tanah Lot sangat populer sebagai tempat liburan wisatawan Indonesia. Saking populernya pura Tanah Lot, disaat musim sepi di Bali juga tetap ramai dengan kunjungan wisatawan. Pura Tanah Lot dibangun diatas batung karang besar yang berada di area lepas pantai. Untuk memasuki area pura, hanya dapat dilewati pada saat air laut surut. Sedangkan pada saat air laut pasang, pura Tanah Lot akan terlihat berada di tengah laut.
Waktu terbaik mengunjungi pura Tanah Lot adalah di sore hari menjelang matahari terbenam. Karena anda akan dapat melihat pemandangan matahari terbenam dengan siluet pura Tanah Lot. ,pemandangan sunset di Tanah Lot yang terunik dan terindah di Bali. Jadi jangan lewatikan kesempatan untuk melihat sunset di Tanah Lot, saat liburan di Bali. Jika anda ingin tahu daftar tempat untuk dapat melihat sunset di Bali.
Lokasi Pura Tanah Lot berada di desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Pura Tanah Lot, juga lokasinya dekat dengan tempat wisata terkenal yang ada di Bali selatan, seperti Kuta, Seminyak, Canggu dan Legian. Jika anda berangkat dari kawasan wisata Kuta, akan menempuh jarak sekitar 25 kilometer. Jika anda memiliki rencana rute wisata satu hari, maka mengunjungi pura Tanah Lot, sangat cocok digabungkan dengan liburan ke tempat wisata Bedugul, pura Taman Ayun atau Alas Kedaton.
2. Pura Luhur Uluwatu
Pura Luhur Uluwatu 
Jika anda memiliki pertanyaan apa saja nama pura terkenal di Bali yang dibangun pada ujung batu karang, selain pura Tanah Lot, pura Luhur Uluwatu juga dibangun pada ujung batu karang. Pura Uluwatu, atau juga sering disebut dengan nama Pura Luhur Uluwatu, salah satu enam pura HIndu utama di Bali. Selain keunikan arsitektur pura Luhur Uluwatu, daya tarik juga terdapat pada lokasi pura, yang berada di ujung tebing karang yang sangat curam. Tebing karang memiliki tinggi kurang lebih sekitar 70 meter di atas permukaan laut.

Pura Uluwatu juga sangat terkenal sebagai lokasi terbaik melihat pemandangan sunset, karena pengunjung dapat melihat pemandangan sunset dari atas tebing tanpa ada yang menghalagi pemandangan sunset. Selain pemandangan sunset, di lokasi pura Uluwatu wisatawan juga dapat melihat pemandangan Samudra Hindia.
Tari Kecak Uluwatu Bali
Waktu terbaik untuk liburan ke pura Uluwatu yaitu sore hari sebelum matahari terbenam. Selain melihat pemadangan sunset, di lokasi pura Uluwatu akan ada pementasan tari Kecak Bali yang dipentaskan setiap hari. Waktu pertujukan tari kecak Uluwatu dimulai dari pukul 18:00 – 19:00. 
Saat ini, menonton tarik Kecak Uluwatu sudah menjadi aktivitas liburan prioritas wisatawan, karena satu-satunya tempat di Bali yang mementaskan tarian Kecak dengan latar belakang matahari terbenam ada di pura Uluwatu.
Lokasi pura Uluwatu ada di wilayah Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Pura Uluwatu lokasinya sangat strategis karena berdekatan tempat wisata favorit wisatawan Indonesia, seperti pantai Pandawa, Garuda Wisnu Kencana serta pantai Dreamland Bali.

Jika anda berangkat dari kawasan wisata Jimbaran Bali, akan menempuh jarak perjalanan sekitar 15 kilometer. Apabila anda memiliki itinerary liburan satu hari, dengan prioritas liburan ke pura Uluwatu. Maka sangat cocok digabungkan dengan aktivitas Tanjung Benoa watersport, liburan ke tempat wisata pantai Pandawa, serta makan malam di pantai Jimbaran.
3. Pura Ulun Danu Beratan Bedugul
Pura Ulun Danu Di Danau Beratan Bedugul
Pura terbaik di Bali adalah Pura Ulun Danu Beratan. Daya tarik utama dari pura Ulun Danu Beratan sebagai objek wisata karena lokasi pura yang berada di tengah danau dan terlihat mengambang. Pada saat anda tiba di lokasi pura Ulun Danu Beratan, anda akan melihat air danau Beratan Bedugul yang jernih mengelilingi area pura Ulun Danu, dan terlihat seakan pura Ulun Danu mengambang di permukaan air danau Beratan.

Danau Beratan Bedugul dikeliling area perbukitan dan disekitar area pura Ulun Danu terdapat kebun yang tertata rapi. Karena berada di dataran tinggi, area pura Ulun Danu Beratan sangat sering diselimuti kabut dan menawarkan udara sejuk. Selain melihat keindahan pemandangan pura Ulun Danu Beratan, wisatawan juga dapat mencoba aktivitas wisata air di danau. Seperti menyewa perahu keliling danau Beratan. , favorit  untuk tempat liburan keluarga adalah pura Ulun Danu Beratan Bedugul.
Lokasinya berada di dataran tinggi pulau Bali, tepatnya ada di kawasan tempat wisata Bedugul, kabupaten Tabanan Bali. Lokasi pura Ulun Danu berada di sisi barat danau Beratan Bedugul. Pura Ulun Danu Beratan sebagai objek wisata lokasinya sangat strategis karena berdekatan tempat wisata kebun Raya Bali. Apabila anda berangkat dari tempat wisata Ubud Bali, akan menempuh jarak perjalanan sekitar 45 kilometer. Jika anda sedang merencanakan itinerary wisata satu hari, dengan prioritas liburan ke Pura Ulun Danu Beratan. Maka sangat cocok digabungkan dengan liburan ke kebun Raya Bali, Pura Taman Ayun, serta pura Tanah Lot, jika anda menginap di Kuta Bali.
4. Pura Tirta Empul Tampak Siring
Pura Tirta Empul Tampak Siring
Jika diartikan ke bahasa Indonesia, Tirta Empul artinya mata air suci. Karena didalam area pura Tirta Empul terdapat sumber mata air alami. Air dialirkan ke area luar pura Tirta Empul yang berbentuk pemandian dengan pancuran air. Sumber mata air alami dan pemandian di area pura, yang menjadi daya tarik pura Tirta Empul sebagai tempat liburan di Bali. Berdekatan dengan lokasi pura Tirta Empul, tepatnya berada diatas bukit terdapat istana kepresidenan Tampak Siring. Bagi masyarakat Bali pemeluk agama Hindu, air dari pancuran di pura Tirta Empul adalah air suci yang diyakini akan membawa kesucian, ketenangan serta keberuntungan.
Pura Tirta Empul lokasinya berada Jalan Tirta, Manukaya, Tampaksiring, kabupaten Gianyar – Bali. Karena berada didalam wilayah Tampaksiring, terkadang pura Tirta Empul disebut dengan nama pura Tampaksiring. Jika anda berangkat dari objek wisata puri Saren Ubud Bali menuju lokasi pura Tirta Empul Tampak Siring, jarak tempuhnya kurang lebih 15 kilometer. Selain lokasi pura Tirta Empul berdekatan dengan istana Puri Ubud, lokasi pura juga berdekatan dengan tempat wisata terkenal di Ubud yang lain. Seperti sawah terasering Tegalalang, pura Gunung Kawi dan Monkey Forest Ubud.
5. Pura Taman Ayun Mengwi
Pura Taman Ayun Mengwi Bali
Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Taman Ayun artinya taman yang indah. Pada area luar pura Taman Ayun terdapat halaman yang sangat luas dengan desain tembok pagar khas Bali. Sedangkan di dalam area pura Taman Ayun dalam terdapat kolam air yang mengelilingi areal pura. Pura Taman Ayun salah satu contoh dari keunikan serta keindahan arsitektur tradisional Bali dengan kombinasi pengaruh arsitektur Tiongkok. Jika anda tertarik untuk melihat arsitektur Bali kuno, pura Taman Ayun Mengwi wajib anda masukan kedalam itinerary liburan di Bali.

Lokasi pura Taman Ayun berada di Jalan Ayodya, Mengwi, Kabupaten Badung-Bali. Sebagian besar wisatawan yang berlibur ke pura Taman Ayun, adalah wisatawan yang selesai liburan ke objek wisata Bali utara dan Bali tengah, dan mempergunakan pura Taman Ayun sebagai tempat persingahan perjalanan wisata ke pura Tanah Lot atau ke tempat wisata Seminyak.
Tempat wisata di Bali utara yang biasanya digabungkan dengan itinerary liburan mengunjungi pura Taman Ayun seperti pantai Lovina, air terjun Gitgit atau pemandian air panas Banjar. Untuk itinerary liburan ke objek wisata Bali tengah yang dipadukan dengan pura Taman Ayun seperti, kebun Raya Bedugul dan Pura Ulun Danu Beratan Bedugul.
6. Pura Taman Saraswati Ubud
Pura Taman Saraswati Ubud
Salah satu objek wisata pura yang ada di Ubud Bali favorit wisatawan adalah Pura Taman Saraswati. Lokasi pura Taman Saraswati berada di area pusat Ubud dengan daya tarik utama terdapat pada keindahan arsitektur dan kolam bungan teratai. Sebagian besar wisatawan yang mengunjungi pura Taman Saraswati akan melakukan sesi foto dengan latar belakang pura. Selain itu, tidak ada biaya tiket masuk ke pura Taman Saraswati Ubud. Setiap pukul 19:30, di area pura Taman Saraswati Ubud akan di pentaskan pertunjukan seni tari Bali.

Lokasi pura Taman Saraswati berada di Jalan Kajeng sebelah utara jalan raya Ubud. Cara terbaik liburan di Ubud dengan itenary tour mengunjungi pura Taman Saraswati adalah berjalan kaki. Karena disebelah timur lokasi pura adalah lokasi istana kerajaan Ubud, dan di sebelah barat lokasi pura Taman Saraswati, adalah museum Puri Lukisan Ubud.
7. Pura Gunung Lebah Campuhan Ubud
Masih di kawasan wisata Ubud, salah satu pura yang layak anda kunjungi saat liburan di Ubud Bali adalah Pura Gunung Lebah. Lokasi dari pura Gunung Lebah Ubud sangat unik, karena berada di bawah berdekatan dengan lokasi sungai Campuhan Ubud. Pura Pura Gunung Lebah termasuk dalam kategori pura Kahyangan Jagat? Kahyangan Jagat artinya, semua pemeluk agama Hindu Bali diperkenankan untuk bersembahyang.
8. Pura Goa Lawah Klungkung
Goa Lawah adalah salah satu pura penting bagi umat Hindu di Bali. Keunikan dari pura Goa Lawah karena lokasi pura dibangun di depan area goa yang dihuni ribuan kelelawar. Walaupun ada banyak kelelawar, anda tidak perlu khawatir mengunjungi pura Goa Lawah, karena sangat aman. Pura Goa Lawah berada di kabupaten Klungkung tepatnya di desa Pesinggahan, kecamatan Dawan. Di sebelah selatan lokasi Pura Goa Lawah terdapat pantai pasir hitam dan dari pantai anda dapat melihat Pulau Nusa Penida.

Wisatawan yang liburan dengan mengunjungi pura Goa Lawah biasanya memiliki itinerary tour ke Bali timur. Seperti liburan ke desa Tenganan, objek wisata Candidasa, pantai tersembunyi Perasi, atau aktivitas wisata kapal selam di pantai Labuhan Amuk.
9. Pura Gunung Kawi
Candi Tebing Gunung Kawi
Pura Gunung Kawi adalah sebuah kompleks candi kuno dan merupakan situs arkeologi paling unik di Bali. Keunikan terdapat pada relief candi yang diukir pada permukaan tebing batu. Untuk dapat mencapai lokasi pura Gunung Kawi dari tempat parkir kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki dengan menyusuri jalan setapak dan anak tangga kurang lebih 371 anak tangga. Saat menyusuri jalan setapak dan anak tangga, anda akan dapat melihat pemandangan area persawahan serta lembah dengan banyak pohon hijau.

Lokasi pura Gunung Kawi berada di banjar Penaka, Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Sebagian besar wisatawan yang liburan dengan mengunjungi pura Gunung Kawi, biasanya dalam satu itinerary tour dengan Pura Tirta Empul dan liburan ke sawah berundak Tegalalang Ubud.
10. Pura Besakih
Pura terbesar dan yang dianggap paling suci oleh umat hindu Bali di antara daftar 10 pura terbaik di Bali adalah pura Besakih. Lokasi pura Besakih berada 900 meter dari lereng gunung Agung. Pura Besakih adalah komplek pura besar yang jumlahnya sangat banyak. Saking besarnya area pura Besakih, untuk menjelajahi semua area pura akan memerlukan waktu lebih dari satu hari. Wisatawan yang berkunjung ke pura Besakih biasanya hanya mengunjungi pura Penataran Agung. Pura Penataran Agung adalah pura yang paling utama dan terbesar di area komplek pura Besakih yang diperuntukan untuk pemujaan dewa Brahma, dewa Siwa dan dewa Wisnu.

Aturan Mengunjungi Pura Terbaik Di Bali
Untuk dapat memasuki area pura di Bali ada aturan yang harus dipatuhi pengunjung. Di bawah ini adalah daftar aturan dan etika berkunjung ke kawasan pura di Bali yang perlu anda ketahui. Aturan ini berlaku untuk semua pura yang ada di Bali

  1. Pergunakan sarung dan selendang yang diikatkan dipinggang.
  2. Memakai baju tertutup, seperti kemeja atau kaos.
  3. Untuk perempuan, jangan memasuki area pura jika sedang menstruasi.
  4. Jangan meludah di area pura.
  5. Jangan menginjak sesajen yang ada di halaman pura.
  6. Hindari mengucapkan kata kasar.
  7. Jangan membuang sampah sebarangan.

Saturday, September 21, 2019

Candi Cetho

Star Gate atau Gerbang Bintang adalah sebentuk pola mekanis atau portal untuk bisa melakukan perjalanan ruang angkasa yang sangat jauh sehingga keterbatasan dimensi ruang dan waktu dapat diatasi, seperti misalnya perjalanan ke rasi bintang Pleiades tidak mungkin dilakukan dengan pesawat ruang angkasa tapi harus menggunakan Star Gate, dalam tradisi kuno di Nusantara diyakini bahwa para leluhur di masa lalu sudah mengenal alat atau mekanisme untuk mengeksplorasi ruang angkasa yang sangat jauh sekali.

Kisah ini ada di seluruh dunia dan juga dari sabang hingga merauke ; Candi Cetho ( Cetho = Terang, Jelas ) terletak di Gunung Lawu yang nama aslinya adalah Gunung Mahendra, Gunung Mahendra ini dalam catatan kuno adalah satu Gerbang_Kahyangan di Bumi ini, Gerbang Kahyangan dalam peradaban modern saat ini dikenal sebagai Star Gate atau Portal antar dimensi atau portal yang mampu menembus dimensi ruang waktu.

Ada titik centrum utama yang ditandai oleh leluhur Majapahit di Candi Cetho Lereng Gunung Lawu, yang sebenarnya bukan punden asli temuan Majapahit, akan tetapi suatu punden purba yang di rawat dan direnovasi oleh beberapa dinasti kerajaan kuno dan yang terakhir disempurnakan oleh Majapahit, ada pictogram GARUDA yang tergelar dihalaman teras punden candi ini,

Dan bila kita duduk tepat berada dipunggung Pictogram Garuda maka itu mengarahkan ke Tiga Gapura yang bila malam hari tepat simetris dan segaris dengan rasi bintang Orion, beberapa peradaban purba dan kuno diseluruh dunia memuja Orion sebagai bagian Star Gate yang mampu menghubungkan pada kehidupan multi dimensional, namun semua akan tergantung kepada kwalitas Manusia,
Apakah Manusia saat ini telah mempunyai metode pengelolaan energi yang cukup guna melakukan Quantum Leap melewati Star Gate di Situs Cetho ini, karena rupanya leluhur Nusantara pada dahulu kala sudah punya perangkat dan teknologi spiritualnya, dan hingga saat ini NASA dan Organisasi Antariksa berbagai negara semakin kepo di buatnya, karena sebab melihat cahaya_beraturan membentuk segi delapan atau oktagon di atas Gunung Mahendra ( Lawu )

Gamelan

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli Indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga terbentuk seperti sekarang ini, pada zaman Kerajaan Majapahit. Gambaran tentang himpunan alat musik gamelan pertama ditemukan pada relief dinding candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah yang telah berdiri sejak abad ke-8. Relief tersebut menampilkan sejumlah alat musik termasuk suling, lonceng, kendang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik dawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan. Pada masa Hindu-Buddha, gamelan diperkenalkan kepada masyarakat Jawa dan berkembang di Kerajaan Majapahit.

Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.

Kemudian alat-alat musik pengiring ikut diciptakan juga, untuk menyampaikan pesan yang sifatnya khusus. Hingga kemudian terbentuklah gamelan dalam wujud seperangkat komplit.
Gamelan berkembang pesat pada zaman Majapahit. Bahkan menyebar ke berbagai daerah seperti Bali dan Sunda.
Gamelan (Carakan: ꦒꦩꦼꦭ꧀ꦭꦤ꧀ ) adalah himpunan alat musik yang biasanya menonjolkan demung, saron, peking,gambang, kendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumen/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa Gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa,Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk himpunan alat musik. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro,pélog, dan degung (khusus daerah Jawa Barat), dan madenda (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Gamelan umumnya dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang atau pada acara-acara resmi seperti upacara keraton, pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat di pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, dan juga masyarakat di Bali.

1       2       3       4       5       6       7       8       9       10......

Sunday, August 7, 2016

PETIRTAAN DEWI SRI

(Candi Simbatan, Ds. Simbatan, Kec. Nguntoronadi, Kab. Magetan)

Situs Pertirtaan Dewi Sri secara keseluruhan merupakan suatu bangunan pertirtaan. Hal ini nampak jelas dengan adanya bangunan kolam dan pancuran-pancuran yang ada di bagian-bagian tertentu. Petirtaan Dewi Sri merupakan bangunan kolam yang terletak di bawah permukaan tanah yang sebagian besar komponennya tersusun dari bata. Oleh karena itu, apabila hendak mencapai lantai dasar pertirtaan harus menuruni tangga yang berada di sisi timur.
Pada dinding barat bilik utama terdapat arca pancuran wanita dari bahan batu adesit. Arca wanita inilah yang kemudian oleh masyarakat dianggap sebagai arca Dewi Sri. Di Jawa ada keyakinan bahwa Dewi Sri dianggap sebagai dewi kesuburan dan dihubungkan dengan pertanian. Di pulau Jawa dan Bali Dewi Shri atau Dewi Sri dikenal sebagai dewi bercocok tanam, terutama padi dan sawah, la merupakan representasi dari dunia bawah tanah dan juga bulan, la mengontrol bahan makanan di bumi dan kematian. Oleh karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan.
Mengenai Dewi Sri, menurut cerita legenda bercorak Hindu Jawa yang berkembang di Indonesia diceritakan bahwa Dewi Sri merupakan istri Bathara Guru. Pada suatu masa, Dewi Sri dikejar-kejar oleh dewa bawahan Bathara Guru karena terpesona akan kecantikannya. Karena kesal, dewa bawahan itu pun kemudian dikutuk oleh Dewi Sri menjadi babi hutan. Namun walaupun telah berubah menjadi babi hutan, dewa bawahan tersebut terus mengejar Dewi Sri. Selanjutnya Dewi Sri pun memohon agar ia berubah menjadi tanaman agar tidak dikejar-kejar babi hutan itu lagi, dan kemudian ia menjelma menjadi tanaman padi di sawah. Namun demikian, ternyata babi hutan tersebut terus mengejar Dewi Sri dengan menjadi hama bagi tanaman padi.
Arca wanita yang terdapat di Pertirtaan Dewi Sri yang diidentifikasi oleh masyarakat sebagai Dewi Sri tersebut memakai mahkota yang bentuknya bertingkat mengecil ke atas, dan berhiaskan simbar/antefik. Arca tersebut memiliki prabha dan stela. Rambut arca digambarkan berombak panjang sampai bahu. Pada lehernya terdapat 3 lapis hara, salah satunya bermotif sulur-suluran. Arca tersebut bertangan dua dengan posisi tangan sedang memegang payudara yang berfungsi sebagai pancuran. Air pancuran ini dialirkan dari belakang stela. Air yang keluar dari payudara dapat diidentikkan dengan air susu. Dalam mitologi agama Hindu/Budha, air susu dianggap melenyapkan mala. Kedua lengan arca memakai gelang polos masing-masing 2 buah dan kelat bahu masing-masing dua buah berhias sulur-suluran. Kain digambarkan hingga ke mata kaki. Di kiri kanan pinggang terdapat uncal dan drapery di perut dan kiri kanan kaki. Gelang kaki digambarkan berbentuk sulur-suluran. Arca berdiri di atas padma ganda yang menempel pada stela. Di kiri kanan kaki arca terdapat hiasan padma sederhana yang seolah-olah keluar dari padma ganda.
Berdasarkan pengamatan, arca ini kemungkinan diidentifikasi sebagai Dewi Laksmi, yang merupakan salah satu perwujudan Durga yang biasanya ditempatkan pada petirtaan. Nama lain Laksmi adalah Padmasambhawa (yang lahir dari teratai mekar) atau padmesthita (yang berdiri di atas padma) (Zimmer, 1962: 91). Padma itu sendiri merupakan lambang kelahiran (Santiko, 1985: 292).
Dewi Laksmi sendiri merupakan sakti (istri) dari Dewa Wisnu. Biasanya, Dewa Wisnu digambarkan bersama dua saktinya yaitu Dewi Sri dan Dewi Laksmi. Menurut konsep, Laksmi adalah istri tertua dari Dewa Wisnu. Walaupun demikian, sangat susah dimengerti mengapa Arca Sri dan Arca Laksmi dibedakan karena sebenarnya mereka adalah satu (sama) dalam penggambarannya. Sakti-sakti Wisnu tersebut biasanya ditemui bersama Wisnu. Namun tidak jarang juga kita hanya menemui sakti tersebut saja. Bila demikian, maka kita dapat menyebut arca tersebut sebagai Arca Laksmi atau Arca Sri. (Gupte, hal.56).
Penggambaran Laksmi yang ditemui secara individual menurut konsep ikonografi India adalah bila arca tersebut bertangan empat maka ia memegang atribut cakra, sangkha bersayap, teratai dan cemara. Bila arca tersebut bertangan dua maka ia digambarkan sedang memegang sangkha bersayap dan lotus yang ditemani oleh Vidyadharas di kedua sisi. (Gupte, hal. 56). Namun berbeda dengan gaya ikonografi India, Arca Laksmi di Indonesia digambarkan dalam posisi tangan memegang payudara. Selain di Pertirtaan Dewi Sri, konsep Dewi Laksmi dalam sebuah pertirtaan, dapat di temui juga seperti di Pertirtaan Belahan, Mojokerto. Arca Laksmi tersebut digambarkan dengan posisi berdiri dan kedua tangan memegang payudara yang mengeluarkan air. Arca Laksmi ini diapit oleh dua buah jaladwara yang berbentuk padma di sebelah kanan dan kirinya. Di atas Arca Dewi Laksmi terdapat relief kala yang distilir berbentuk sulur-suluran. Gaya penggambaran kala ini adalah merupakan gaya khas kala dari masa Jawa Timur.
Di samping itu, masih terdapat dua buah kala lagi yang sudah lepas dari tempat aslinya. Saat ini kedua kala tersebut berada di depan pintu masuk bilik utama dan pada dinding utara bilik utara. Kala yang berada di dinding utara bilik utara mempunyai spesifikasi. Wajah kala digambarkan ramah (santa), bukan menyeramkan (ugra). Mempunyai rahang bawah. Kedua tangannya digambarkan lengkap dilipat ke depan seolah-olah dalam posisi tengkurap dengan kesepuluh jari di bawah dagu. Namun secara keseluruhan, bentuk rahang lengkap dan kesepuluh jari bebas dalam arti tidak mengenggam sesuatu. Tipe gaya kala seperti ini sangat menarik karena sangat jarang ditemukan di Indonesia. Satu-satunya yang sedikit banyak mendekati gaya penggambaran kala Pertirtaan Dewi Sri adalah bentuk kala pada Candi Singosari Di Malang, Jawa Timur.
Pada bagian teras, terdapat masing-masing 2 buah jaladwara yang digambarkan dengan bentuk tubuh arca laki-laki dan perempuan dalam posisi duduk bersimpuh mengapit pancuran yang menempel pada dinding sisi utara dan selatan. Kepala-kepala arca tersebut dengan alasan demi keamanan pada sekitar tahun 1994 dibawa ke kantor Balai Pelestarian Peninggalan Jawa Timur di Mojokerto karena daerah tersebut rawan pencurian. Arca-arca tersebut secara ikonografis penggambarannya sangat indah dan sempurna. Bahu digambarkan sangat sempurna, garis-garisnya tegas dan tepat. Gaya Arca Jaladwara ini sangat mirip dengan Arca Jaladwara yang ada di Pertirtaan Belahan. Pada sisi barat di kedua bilik terdapat jaladwara berbentuk makara dengan relief wanita, masing-masing bilik memiliki dua buah jaladwara. Relief wanita yang digambarkan dalam masing-masing jaladwara tersebut memiliki gaya berdiri yang berbeda-beda. Hiasan rambut dan alur-alur rambut yang sangat jelas pada relief wanita tersebut sangat bagus. Gaya relief pada jaladwara di Pertirtaan Dewi Sri ini memiliki kesamaan gaya dengan bentuk hiasan dan gaya pada relief di Pertirtaan Jolotundo, Mojokerto.
Sampai di sini, dari tinggalan arkeologis yang ditemui di pertirtaan Dewi Sri, tampak bahwa beberapa komponen pertirtaan ini memiliki persamaan dengan tinggalan arkeologis yang ada di Pertirtaan Belahan dan Pertirtaan Jolotundo, Mojokerto. Dengan demikian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa pertirtaan-pertirtaan ini kemungkinan besar memiliki keterkaitan dan dibangun dalam satu masa. Bila Candi Belahan dan Pertirtaan Jolotundo dikaitkan dengan masa pemerintahan Dharmawangsa Tguh-Airlangga pada masa abad XXI Masehi (Kinney 1997: 50-67). maka ada kemungkinan bahwa pertirtaan Dewi Sri berasal dari masa yang sama. Adapun latar belakang keagamaan ketiga tinggalan arkeologis tersebut pun sama-sama beraliran Hindu Waisnawa.
Dugaaan latar belakang sejarah pertirtaan Dewi Sri yang ditarik dari bukti-bukti arkeologisnya tersebut di atas dapat juga didukung dari temuan data-data historis lain yang ditemukan di sekitar wilayah Kabupaten Magetan. Seperti kita ketahui bersama, di wilayah Kabupaten Magetan banyak ditemukan prasasti yang berasal dari sekitar abad X Masehi. Prasasti-prasasti tersebut antara lain prasasti Kawambang Kulwan dari Maospati yang sekarang disimpan di Museum Nasional. Prasasti tersebut berasal dari tahun 913 Saka atau setara dengan tahun 991 Masehi. Selain itu, di sekitar daerah ini ditemukan juga prasasti lainnya, di antaranya seperti Prasasti Taji dari Maospati, Prasasti Kledokan dari Maospati, Bulu Gledek dari Maospati, Prasasti dari masa pemerintahan Raja Jayabhaya dari Parang. Sementara itu, Hariani Santiko dalam penelitiannya di Simbatan menemukan miniatur rumah dengan angka 905 dan 917 pada bagian atapnya. Temuan ini diasumsikan oleh Hariani berangka tahun saka sehingga berasal dari 983 Masehi dan 995 Masehi (Santiko, 1985:296).
Sementara itu, masih ada beberapa temuan arkeologis yang berupa miniatur rumah dari Simbatan dan sekitarnya yang berasal dari sekitar abad X Masehi, baik yang masih in situ maupun menjadi koleksi Museum Nasional (Haryosudibyo, 1998). Salah satu miniatur rumah/lumbung padi tersebut pada bagian atapnya terdapat angka 919, dan dibaliknya terdapat relief sangkha bersayap. Angka tersebut dapat diasumsikan sebagai tahun 919 Syang setara dengan 997 M.
Terkait dengan latar belakang keagamaan pertirtaan Dewi Sri, sangkha bersayap yang terdapat pada miniatur rumah tersebut dapat menguatkan dugaan bahwa pertirtaan Dewi Sri beraliran Hindu Waisnawa. Hal tersebut dikarenakan sangkha bersayap merupakan salah satu atribut Wisnu. Selain itu, miniatur rumah/lumbung padi yang lain bertuliskan sri pala. Di dalam mitologi agama Hindu, sri pala merupakan salah satu atribut yang dipegang salah satu tangan Dewi Mahalaksmi.
(Wicaksono Dwi Nugroho, M.Hum dan Ririet Surjandari, M.Hum)
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Majalah Museum Trowulan.

1       2       3       4       5       6       7       8       9       10......

Thursday, July 24, 2014

Nyi Pohaci Sanghyang Asri

Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan Seren Taun sudah turun-temurun dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran. Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno. Sistem kepercayaan masyarakat Sunda kuno dipengaruhi warisan kebudayaan masyarakat asli Nusantara, yaitu animisme-dinamisme pemujaan arwah karuhun (nenek moyang) dan kekuatan alam, serta dipengaruhi ajaran Hindu. Masyarakat agraris Sunda kuno memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak, kekuatan alam ini diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dan kesuburan. Pasangannya adalah Kuwera, dewa kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu), melambangkan persatuan laki-laki dan perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga. Upacara-upacara di Kerajaan Pajajaran ada yang bersifat tahunan dan delapan tahunan. Upacara yang bersifat tahunan disebut Seren Taun Guru Bumi yang dilaksanakan di Pakuan Pajajaran dan di tiap wilayah. Upacara besar yang bersifat delapan tahunan sekali atau sewindu disebut upacara Seren Taun Tutug Galur atau lazim disebut upacara Kuwera Bakti yang dilaksanakan khusus di Pakuan.
Kegiatan Seren Taun sudah berlangsung pada masa Pajajaran dan berhenti ketika Pajajaran runtuh. Empat windu kemudian upacara itu hidup lagi di Sindang Barang, Kuta Batu, dan Cipakancilan. Namun akhirnya berhenti benar pada 1970-an. Setelah kegiatan ini berhenti selama 36 tahun, Seren Taun dihidupkan kembali sejak tahun 2006 di Desa Adat Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Upacara ini disebut upacara Seren Taun Guru Bumi sebagai upaya membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda.
Di Cigugur, Kuningan, upacara seren taun yang diselenggarakan tiap tanggal 22 Rayagung-bulan terakhir pada sistem penanggalan Sunda, sebagaimana biasa, dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran Djatikusumah, yang didirikan tahun 1840. Sebagaimana layaknya sesembahan musim panen, ornamen gabah serta hasil bumi mendominasi rangkaian acara.
Masyarakat pemeluk kepercayaan Sunda Wiwitan tetap menjalankan upacara ini, seperti masyarakat Kanekes, Kasepuhan Banten Kidul, dan Cigugur. Kini setelah kebanyakan masyarakat Sunda memeluk agama Islam, di beberapa desa adat Sunda seperti Sindang Barang, ritual Seren Taun tetap digelar dengan doa-doa Islam. Upacara seren taun bukan sekadar tontonan, melainkan juga tuntutan tentang bagaimana manusia senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, terlebih di kala menghadapi panen. Upacara ini juga dimaksudkan agar Tuhan memberikan perlindungan di musim tanam mendatang.
2.2. Sinopsis
Seren Taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan tiap tahun. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat sekitarnya, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara. Beberapa desa adat Sunda yang menggelar Seren Taun tiap tahunnya adalah:
- Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
- Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi
- Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor
- Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten
- Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya
Upacara Seren taun merupakan upacara masyarakat agararis adalah penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta salah satu media dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang telah diterima seiring dengan harapan agar dimasa yang akan datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Penyelenggaraan dimulai dengan upacara ngajayuk (menyambut) pada tanggal 18 Rayagung, kemudian dilanjutkan pada tanggal 22 Rayagung dengan upacara pembukaan padi sebagai puncak acara, dengan disertai beberapa kesenian tradisional masyarakat agraris sunda tempo dulu, seperti ronggeng gunung, seni klasik tarawangsa, gending karesmen, tari bedaya, upacara adat ngareremokeun dari masyarakat kanenes baduy, goong renteng, tari buyung, angkulung buncis doodog lonjor, reog, kacapi suling dan lain-lain yang mempunyai makna dan arti tersendiri, khususnya bagi masyarakat sunda.
2.3. Durasi
Kegiatan adat ini biasanya berlangsung selama 7 hari, rangkaian acaranya adalah sebagai berikut:
Hari ke 1, Neutepkeun
Neutepken ini dimaksud adalah memanjatkan niat agar acara Seren Taun berjalan lancar serta memohon agar kebutuhan pangan selama acara terpenuhi tanpa ada kekurangan. Upacara ritual ini dipimpin oleh Sang Rama dan Kokolot Panggiwa yang dilaksanakan di tempat pabeasan (tempat menyimpan beras) di Imah Gede. Di Pabeasan inilah dikumpulkan semua bahan-bahan makanan yang akan dimasak mulai dari bumbu dapur, sayur mayur, minuman, serta kue-kue yang akan dimakan sepanjang acara seren Taun berlangsung
Hari ke 2, Ngembang
Ngembang / nyekar/ ziarah dipimpin oleh Kokolot Panggiwa dan Panengen dilakukan ke makam sebagai leluhur warga Sindangbarang yaitu Sang Prabu Langlangbuana, Prabu Prenggong Jayadikusumah di Gunung Salak
Hari ke 3, Sawer Sudat dan Ngalage
Sunatan massal, yaitu upacara sudat (sunat) bagi anak-anak di kampung Sindang Barang, dengan berpakaian adat lengkap serta duduk di atas tandu (jampana) Acara ini dilaksanakan di alun-alun. Sebelum acara di mulai dilakukan doa yang dipimpin oleh Sang Rama untuk memberi restu terhadap perwakilan orang tua peserta sunatan massal agar acara berlangsung lancar, selamat dan mendoakan agar anak-anak yang di sudat menjadi anak yang berbakti pada orangtua, agama dan bangsa, setelah acara doa selesai anak-anak peserta sudat yang menaiki jampana di arak dan di sawer dengan kunyit, beras merah, dan panglay sambil diiringi oleh tatabuhan musik tradisional seperti reog, calung, kendang pencak dan terompet. Seusai arak-arakan anak-anak berkumpul di bale Pangriungan sambil dihibur oleh para orang tua
Hari ke 4, Sebret Kasep
Pelaksanaan sudat (sunat) di Bale Pangriungan.
Hari ke 5, Ngukuluan
Ngukuluan ini adalah mengambil air dari tujuh sumber mata air, bermula dari Imah kolot. Dilepas oleh Sang Rama kepada para kokolot dan parawari (panitia). Perjalanan mengambil air dari sumber mata air ini diiringi dengan kesenian tradisional Angklung Gubrag. Malam harinya dengan dipimpin oleh Kokolot Panggiwa air tersebut dibacakan doa-doa tolak bala
Hari ke 6, Sedekah kue, Helaran, Nugel Munding, Sedekah daging, Pertunjukan seni
Acara hari ke enam dilaksanakan pagi hari di alun-alun, diawali dengan parawari (panitia) mempersiapkan sebanyak 40 tampah yang berisi aneka kue, upacara dipimpin oleh kokolot, diawali dengan meriwayatkan sejarah leluhur Sindangbarang. Serta membacakan doa buat para leluhur . Setelah itu barulah kokolot dan para warga memperebutkan sedekah kue, dilanjutkan menuju lapangan inpres untuk memotong kerbau, sepanjang berjalanan ke lapangan inpres digelar pula helaran/pawai kesenian yang terdiri dari angklung gubrag, tujuh orang mojang, pembawa pohon hanjuang, jampana berisi air kukulu, pembawa tebu hitam, pembawa jampana daging, pembawa pohon hanjuang , para kokolot, kesenian reog, calung, kendang pencak .
Di lapangan inpres Kokolot melakukan serah terima (seren-sumeren) kepada Sang Rama untuk memimpin pelaksanakan pemotongan kerbau yang diselingi dengan bunyi lisung dan terompet, daging kerbau yang dipotong kemudian di taruh dalam 40 nyiru (tampah), setelah dilakukan doa maka daing inipun disedekahkan utnuk masyarakat
Saat malam harinya diadakan hiburan bagi masyarakat dilaksanakan di alun-alun kajeroan dan di lapangan inpres dengan menampilan kesenian tradisonal jaipong, ketuk tilu, ngagondang, angklung gubrag, kendang pencak, parebut seeng, reog,dan calung
Hari ke 7, Helaran dongdang, Majiekeun Pare, Pintonan kesenian
Persiapan oleh masayarakat sudah diawali sejak subuh, karena pagi harinya sebanyak 54 RT di kampung Sindangbarang sudah berkumpul di depan masjid Sindangbarang dengan membawa dongdang (hasil bumi) yang dihias aneka bentuk. Pawai dongdang ini dilengkapi oleh barisan pembawa Rengkong (padi) hasil panen, para kokolot, rombongan kesenian, dll. Jam 08.00 WIB rombongan bergerak menuju kampung budaya Sindangbarang untuk melaksanakan Upacara puncak yaitu Majiekeun Pare ayah dan ambu ke dalam lumbung Ratna Inten. sementara di lapangan Sang Rama sudah menunggu untuk memasukan Pare Ayah dan Ambu. Setelah memasukan padi, kemudian dongdang (hasil bumi) dibawa ke depan sang Rama untuk didoakan , setelah diberi doa maka warga akan berebut hasil bumi tersebut. Pertunjukan tarian dipersembahkan oeh muda-mudi Sindangbarang dengan diiringi gamelan. Ditampilkan pula pertunjukan gondang, reog, angklung gubrag, kendang penca dan ditutup oleh rampag parebut seeng. Malam harinya di alun-alun kajeroan pagelaran wayang golek semalam suntuk digelar.
Inti pada acaranya berlangsung sekitar 30 menit – 5 jam lamanya. Untuk yang lainnya hanya sebagai pendamping saja, tetapi tidak kalah pentingnya.


1       2       3       4       5       6       7       8       9       10......

Gawai Dayak dan Sejarah Perkembangannya

Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur, salah satunya adalah dengan menggelar serangkaian upacara adat. Gawai Dayak adalah satu-satunya, upacara adat ini rutin digelar suku Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat dan telah berlangsung sejak puluhan tahun. Inti pelaksanaan upacara ini adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan) atas panen yang melimpah, sekaligus memohon agar panen berikutnya diberi kelimpahan.

Gawai Dayak tradisional biasanya dilaksanakan selama tiga bulan oleh suku Dayak di Kalimantan, khususnya Dayak Iban dan Dayak Darat sebagai wujud syukur atas hasil panen. Ada sejumlah upacara yang harus dilakukan dalam Gawai Dayak. Upacara adat tersebut menjadi semacam rangkaian prosesi baku yang harus dilewati. Beragam makanan tradisional dan sejumlah sesaji pun tak lupa disiapkan sebagai salah satu unsur penting upacara.

Seiring perkembangan zaman dan isu kepentingan, kini upacara Gawai Dayak tradisional mengalami beberapa penyesuaian namun tetap mempertahankan unsur-unsur penting terutama urutan dan prosesi upacaranya itu sendiri. Bekerja sama dengan pemerintah daerah Gawai Dayak kini hanya digelar selama sepekan dan rutin dilaksanakan pada 20 Mei setiap tahunnya. Nama kegiatan bermuatan kepentingan budaya ini pun sekarang dikenal dengan Pekan Gawai Dayak.

Pekan Gawai Dayak digagas berawal dari keinginan untuk saling memperkuat, mengenalkan tradisi Dayak, sekaligus sebagai ajang pelestarian tradisi leluhur. Gawai Dayak sendiri adalah upacara adat tradisional yang menjadi semacam media mempererat suku Dayak dan bagian penting dari pekan adat tersebut. Kesadaran tersebut bermula pada tahun 1986 ditandai dengan terbentuknya Sekretariat Kesenian Dayak (Sekberkesda). Sekberkesda bertugas menggelar dan mengonsep seni budaya Dayak yang kemudian menggagas pekan seni budaya yang kini dikenal dengan Pekan Gawai Dayak.

Sejak tahun 1986, Pekan Gawai Dayak telah dilaksanakan secara terorganisir dan mendapat pendanaan dari pemerintah daerah. Disebutkan bahwa Pekan Gawai Dayak bermuatan politis karena tidak murni tradisional melainkan mengandung kepentingan pengembangan pariwisata dan bahkan kepentingan yang bersifat politis. Akan tetapi, terlepas dari itu, Pekan Gawai Dayak terbukti telah memberi dampak positif bagi pelestarian sekaligus pengembangan budaya Dayak di Kalimantan Barat. Ia menjadi semacam pemantik kecintaan terhadap budaya lokal suku Dayak yang kemudian mendorong usaha pelestarian dan promosi wisata. Pekan Gawai Dayak tentunya berpotensi sebagai kegiatan yang dari segi ekonomi akan pula memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah.
Terlepas dari berbagai isu kepentingan politis, Pekan Gawai Dayak juga mendapat dukungan dari masyarakat budaya Dayak karena bagaimanapun kegiatan tersebut memiliki kepentingan pelestarian budaya lokal. Sekberkesda sendiri mendapat dukungan dari sekira 23 sanggar yang merupakan representasi kelompok subsuku Dayak yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat.


Prosesi Gawai Dayak Tradisional dan Pekan Gawai Dayak
Gawai Dayak tradisional adalah pelaksanaan upacara pasca panen yang meliputi serangkaian upacara adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kelimpahan hasil panen. Gawai Dayak tradisional pelaksanaannya dapat memakan waktu hingga tiga bulan, yaitu biasanya pada Bulan April sampai Juni. Pelaku upacara adat akan mengenakan pakaian tradisional berikut perhiasan tradisional seperti manik orang ulu dan kerajinan perak tradisional.

Dalam upacara Gawai Dayak, terlebih dahulu akan diadakan ngampar bide atau menggelar tikar. Upacara ini hanya dan khusus digelar menjelang pelaksanaan upacara Gawai Dayak yang biasanya berlangsung di rumah Betang Panjang, rumah adat di Kalimantan Barat. Tujuannya adalah memohon kelancaran dan kemudahan selama pelaksanaan upacara Gawai Dayak. Dalam ngampar bide sendiri terdapat serangkaian tahapan pelaksanaan, yaitu nyangahathn manta’ (pelantunan doa/mantra) sebelum seluruh kelengkapan upacara disiapkan dan ngadap buis, yakni tahapan penyerahan sesaji (buis) kepada Jubata (Tuhan).

Nyangahatn manta’ terbagi menjadi tiga bagian, yaitu matik (semacam upacara pemberitahuan kepada kepada awa pama atau roh leluhur dan Jubata (Tuhan) tentang akan diadakannya upacara tersebut; ngalantekatn (memohon keselamatan bagi semua pihak pelaksanan upacara); dan mibis (semacam upacara pemurnian agar kotoran musnah). Dalam upacara nyangahatn manta, sesuai namanya, sesaji yang disiapkan biasanya adalah bahan yang belum masak atau mentah (manta).

Upacara selanjutnya disebut ngadap buis (nyangahatn masak); merupakan upacara adat puncak dari keseluruhan proses ngampar bide dimana seluruh peraga adat sudah tersedia. Pada tahapan ini, sesaji (buis) yang berupa makanan masak dipersembahkan kepada awa pama dan Jubata, sebagai wujud rasa syukur sekaligus permohonan berkat.

Ngampar bide dihadiri para tokoh Dayak yang berperan dalam menyiapkan Gawai. Mereka membahas persiapan, menyiapkan, dan tentunya melaksanakan acara inti, yaitu memohon perlindungan Jubata atas kelancaran upacara. Pada upacara penutupan akan digelar gulung bide (gulung tikar) yang menandai berakhirnya upacara.

Pekan Gawai Dayak (Gawai Dayak modern) masih melaksanakan serangkaian upacara tersebut di atas tetapi tidak memakan waktu berbulan-bulan. Sesuai namanya, upacara ini hanya dilaksanakan dalam waktu sepekan, setiap 20 Mei sebagaimana diarahkan oleh Gubernur Kalimantan Barat terdahulu, Kadarusno. Pekan adat ini tidak hanya diramaikan oleh kegiatan upacara tetapi juga beragam kegiatan seni yang melibatkan banyak kalangan masyarakat di Kalimantan.

Seminar budaya, pementasan tari tradisional yang biasanya menandai dimulainya Pekan Gawai Dayak akan pula mewarnai acara tersebut. Ada pula beragam atraksi budaya khas Dayak, termasuk ditampilkannya beberapa permainan tradisional. Ada juga beragam stand sebagai tempat menyuguhkan aneka budaya dan produk budaya khas Dayak, seperti kerajinan tangan, produk seni, dan makanan khas tradisional Dayak. Bahkan, ada pula sejumlah perlombaan yang berlangsung selama Pekan Gawai Dayak, misalnya lomba memasak masakan tradisional, dan acara menarik lain.


1       2       3       4       5       6       7       8       9       10......