Search

Saturday, June 12, 2021

TOPENG WAYANG BANJAR

 

 
Diiringi tetabuhan gamelan Banjar, seorang lelaki berperut buncit, badan agak bungkuk, dan rambut beruban, layaknya sosok seorang kakek tua, terlihat lincah melakoni gerak dan perilaku Semar, tokoh punakawan dari para ksatria dalam dunia pewayangan. Uniknya, Semar yang ini mengisap rokok dari pipa. Ia juga tak muncul bersama Bagong, Petruk, dan Gareng.
Tokoh Semar ini muncul sendirian. Pada kalung di dadanya tertulis "Samar", untuk menyebut tokoh Semar dalam bahasa Banjar
Tokoh wayang Banjar itu dimainkan seorang dalang bernama Jadri. Dialah pedalang dari Kampung Matang Asam, Desa Tambarangan, Kecamatan Taping Selatan, Kabupaten Tapin, Kalsel. "Saya bukan penari topeng Banjar, tetapi memainkan wayang Banjar memakai topeng," katanya merendah.

Padahal, Jadri patut disebut sebagai seniman seni tradisional wayang Banjar. Dia salah satu dari sedikit dalang wayang Banjar yang masih bertahan di Kabupaten Tapin. Selain bermain topeng wayang Banjar, ia juga membuat sendiri topeng dan perangkat gamelannya.
Kesenian topeng wayang Banjar tak hanya menampilkan Jadri sebagai pemain. Dalam setiap pergelaran terlibat pula 40 orang lain. Mereka terdiri dari pemain topeng wayang dan para penabuh gamelan Banjar.
"Kalau tidak semua pemain bisa berkumpul, setidaknya harus ada 25 orang," katanya.

Topeng wayang Banjar biasanya membawakan cerita Ramayana, seperti penculikan "Dewi Sinta" dan episode lainnya. Puncak dari aruh bakawinan (pesta perkawinan) itulah yang biasanya ditunggu-tunggu penonton, yakni kehadiran tokoh Samar sambil menggendong pengantin putri untuk diantar ke pelaminan.
"Pada sebagian kampung di Kabupaten Tapin, pengusung pengantin putri yang dilakukan oleh Samar seperti suatu keharusan. Sebab, kalau tidak dilakukan, kadang-kadang ada saja pengantin yang bisa kesurupan," kata Jadri.

"Saya hanya percaya kesenian ini bagian dari perangkat ritual kerajaan masa lalu di daerah kami. Tentu saja ada sebagian dariwarga yang menikah itu adalah keturunan mereka. Kemungkinan, hubungan inilah yang membuat topeng wayang Banjar sampai sekarang ada saja yang meminta untuk dimainkan," katanya.
Dalam sebulan, ungkap Jadri, rata-rata ia memainkan kesenian ini 10 kali, terutama untuk pengantin bausung. "Kalau wayang kulit Banjar dimainkan semalam suntuk, kami memainkannya justru pada siang hari," ujarnya.

Jadri berusaha mempertahankan kesenian ini karena sebagian dari pedalang wayang Banjar di Kabupaten Tapin sudah berumur lanjut.
"Kami (para pedalang yang berusia lebih muda) saling bekerja sama. Ini tidak hanya dalam berkesenian, tetapi juga untuk pinjam-meminjam perangkat wayang. Misalnya, wayang kulit atau topeng wayang milik saya bisa dipinjam dalang yang lain. Dalam waktu yang berbeda, saya yang meminjam perangkat tetabuhan milik dalang lain," kata Jadri.

Cara tersebut terbukti ampuh. Selain bisa melestarikan kesenian tradisional, mereka pun bisa mengatasi masalah keterbatasan perangkat kesenian yang dimiliki para pelakunya.

1     2      3     4      5     6     7      8      9      10

Thursday, June 10, 2021

Museum Batak Balige

Museum Batak adalah museum budaya yang bertempat di Kompleks T. B. Silalahi Center di Jl. Pagar Batu No. 88 (eks. Pabrik Aeroz), Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatra Utara.
Selain terkenal memiliki banyak warisan parwisata dan budayanya, ternyata Sumatera Utara juga memiliki banyak museum yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Salah satu museum yang populer di Sumatera Utara adalah Museum Batak di Balige.
Museum ini terletak di tepi selatan Danau Toba, tepatnya di Desa Silalahi, Kota Balige, Kabupaten Toba Samosir. Museum ini didirikan sebagai dedikasi untuk pelestarian nilai budaya penduduk asli Sumatra Utara yaitu Suku Batak.
Museum ini menyimpan sejarah dan budaya Suku Batak dengan lengkap. Tidak hanya itu, museum ini menghadirkan informasi lengkap akan eksotisme Suku Batak secara menarik. Jika Anda mengunjungi kawasan Toba Samosir, tidak ada salahnya untuk memasukkan Museum Batak ke dalam destinasi liburan Anda.

Dilansir dari laman gobatak, Museum Batak ini didirikan oleh seorang tokoh penting kelahiran Batak Balige, yaitu Tiopan Bernhard Silalahi. Museum ini dibangun sebagai simbol pemersatu dari berbagai etnis Batak yang berbeda, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Angkola, dan Batak Pakpak atau Dairi.
Tiopan Bernhard Silalahi merupakan seorang tokoh yang memainkan peran penting di Sumatera Utara dan sejarah Indonesia. TB Silalahi merupakan anggota Tentara Nasional Indonesia dengan pangkat Letnan Jenderal yang lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada 17 April 1938.

TB Silalahi pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ke 6 pada zaman Soeharto dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia ke 2 pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, TB Silalahi juga pendiri dan anggota dewan Pembina Yayasan Soposurung dan mendirikan salah satu sekolah di Balige, Sumatera Utara. Oleh karena itu, museum ini juga dikenal sebagai Museum Batak TB Silalahi Center.
Museum ini dibagi menjadi tiga lantai dengan lantai ruang terbuka, yaitu area pameran untuk berbagai patung batu tradisional Batak yang otentik. Jika Anda naik ke lantai 2 museum ini, akan ada patung perunggu Raja Batak yang berdiri dengan kokoh sebagai simbol nilai tradisional Batak. Patung tersebut merupakan ikon khusus Museum yang menggambarkan karakter fisik dari orang Batak.
Di lantai 2 dan 3, Anda bisa melihat semua koleksi berharga yang ditampilkan, dengan satu sorotan khusus pada 'Ulos', kain tenun tradisional Batak kuno. 'Ulos' tertua yang dipamerkan di sini diperkirakan berusia 500 tahun.
Museum Batak ini dianggap sebagai salah satu museum paling modern di Indonesia. Hal ini dilihat dari label interpretasi pada setiap tampilan yang dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan penjelasan singkat namun jelas tentang koleksi tersebut.

Dilansir dari laman pedomanwisata, Museum Batak ini resmi dibuka untuk umum pada 18 Januari 2011. Bangunan Museum Batak berkonsep modern minimalis dibalut dengan aluminium komposit yang berpadu dengan seni dan nilai lokal tradisional lewat ukiran motif Gorga di hampir seluruh bangunannya.

Koleksi yang ada di Museum Batak ini sangat lengkap. Museum ini memamerkan dengan lengkap berbagai produk adat dan budaya Batak warisan leluhur, seperti ulos, Aksara Batak, silsilah keluarga Batak, boneka Sigale-gale, sampai perkembangan baju tradisional suku Batak dari dulu hingga sekarang.

Selain itu, ada berbagai patung, tongkat, artefak, senjata dan alat perang, mata uang, peralatan rumah tangga, perhiasan dan miniatur rumah adat. Terdapat juga diaroma perjuangan Sisingamangaraja XII dalam melawan Kolonial Belanda.
Ada satu bagian menarik yang ada di Museum Batak ini. Di sisi luar museum, terdapat Huta Batak. Huta Batak adalah replika perkampungan adat Batak yang dipamerkan di museum ini. Perkampungan Huta Batak ini berisi 10 rumah tradisional Suku Batak yang biasanya berupa gabungan rumah dan lumbung padi.

Rumah-rumah adat ini saling berhadapan dan telah berusia ratusan tahun. Beberapa merupakan asli sumbangan dari berbagai marga yang ada di area Danau Toba. Rumah-rumah adat ini masih apik dan lengkap dihiasi dengan motif etnik yang khas diambil dari bentuk cicak.
Selain rumah adat Batak, ada yang menarik di area ini, yaitu pohon hariara, pohon khas Batak yang pada zaman dahulu dianggap sebagai pohon keramat. Di samping pohon hariara, ada replika makam batu untuk raja.

Masih dilansir dari laman gobatak, jika mengunjungi Museum Batak ini, tidak hanya ribuan koleksi menarik tentang Suku Batak yang bisa Anda jumpai, namun Anda bisa menikmati indahnya panorama Danau Toba yang bisa dilihat dengan jelas dari museum ini.

Anda bisa dengan puas melihat luasnya Danau Toba dari lantai dua museum ini, karena terdapat jendela kaca yang sangat besar sehingga pengunjung bisa langsung melihat ke arah danau. Ada juga teropong yang disediakan untuk melihat pemandangan dengan lebih jelas.

Saturday, June 5, 2021

Ogoh-ogoh Bali

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Boneka Patung Raksasa yg meyerupai Bhutha Kala pada waktu itu.
Selain wujud Patung Raksasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: Naga, Gajah, Harimau dan lain sebagainya, bahkan Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Seperti Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris ternama pada saat itu.
Ogoh-ogoh merupakan boneka atau patung beraneka rupa yang menjadi simbolisasi unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan yang ada di sekeliling kehidupan manusia. Boneka tersebut dahulu terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kertas. Seiring waktu, kebanyakan ogoh-ogoh saat ini dibuat dengan bahan dasar styrofoam karena menghasilkan bentuk tiga dimensi yang lebih halus. Pembuatan ogoh-ogoh ini dapat berlangsung sejak berminggu-minggu sebelum Nyepi. Waktu pembuatan sebuah ogoh-ogoh dapat bervariasi bergantung pada ukuran, jenis bahan, jumlah SDM yang mengerjakan, dan kerumitan desain dari ogoh-ogoh tersebut.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang sebelum Hari Nyepi berlangsung lalu diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

Menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu menjalani sejumlah ritual khas yang pada hakikatnya merupakan upaya pensucian diri (Jagat Cilik) dan lingkungan sekitar (Jagat Gede) . Pada 2-4 hari sebelum Nyepi, masyarakat menyucikan diri dan perangkat peribadahan di pura melalui Upacara Melasti.
Sementara, satu hari sebelum Nyepi, dilakukan ritual Buta Yadnya (Bhuta Yajna). Buta Yadnya merupakan rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran buta kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia. Dalam rangkaian Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang membuat jadi festival tahunan yang semarak dan menjadi daya tarik pariwisata.
Buta Yadnya terdiri dari dua tahapan, yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngrupuk (pengerupukan). Mecaru merupakan upacara persembahan aneka sesajian (caru) kepada buta kala. Upacara ini dilakukan dari tingkatan keluarga, banjar, kecamatan, kabupaten, kota, hingga tingkat provinsi. Ngrupuk adalah ritual berkeliling pemukiman sambil membuat bunyi-bunyian disertai penebaran nasi tawur dan menyebarkan asap dupa atau obor secara beramai-ramai. Ritual ngrupuk yang biasanya dilakukan bersamaan dengan arak-arakan ogoh-ogoh bertujuan agar buta kala beserta segala unsur negatif lainnya menjauh dan tidak mengganggu kehidupan umat manusia.
Umumnya, setiap tingkatan masyarakat dari level banjar akan membuat ogoh-ogoh milik wilayah mereka. Kalangan remaja di suatu daerah umumnya menginginkan agar ogoh-ogoh milik daerahnya lebih unggul dari ogoh-ogoh milik daerah lain. Karena itulah, selain sebagai bagian dari ritual tradisi, proses pembuatan ogoh-ogoh juga menjadi wadah pencurahan kreativitas pemuda setempat. Pembuatan ogoh-ogoh dan tehnis pelaksanaan arak-arakannya biasanya dikelola dalam sebuah kepanitiaan yang dibentuk oleh Sekaa Teruna Teruni (semacam karang taruna) di masing-masing banjar.

Pelaksanaan ritual ngrupuk dan pawai ogoh-ogoh berlangsung serempak sehari menjelang Hari Raya Nyepi atau tilem sasih kesanga di setiap banjar di seluruh Bali. Persiapan pawai biasanya telah dimulai sejak sore dan pawai akan berlangsung hingga menjelang tengah malam. Agar dapat berjalan dengan tertib, Pemerintah Bali kemudian mengeluarkan sejumlah kebijakan, antara lain berupa penertiban rute pawai, pemusatan titik keramaian, dan melombakan kreativitas desain ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat. Sejumlah upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pergesekan antar rombongan arak-arakan dari berbagai wilayah dan sekaligus mengemasi ajang tahunan ini menjadi suatu tontonan yang menarik bagi masyarakat pendatang, khususnya para wisatawan.
Untuk wilayah Denpasar, keramaian pawai ogoh-ogoh dapat ditemukan di beberapa tempat. Salah satunya adalah di sekitar Patung Catur Muka Puputan, yang merupakan pusat dari alun-alun Kota Denpasar, dengan rute Patung Catur Muka-Jalan Hasanuddin-Jalan M.H. Thamrin-Jalan Gajah Mada-Patung Catur Muka. Selain itu, pemusatan keramaian pawai ogoh-ogoh juga diselenggarakan di monumen Ground Zero Kuta, dengan rute Ground Zero-Jalan Raya Kuta-Jalan Singosari-Pantai Kuta-Ground Zero. Selain di kedua kawasan tersebut, pawai ogoh-ogoh yang diadakan terpusat juga dapat ditemukan di kawasan Renon. Pawai di kawasan Renon berjalan melalui rute McDonald’s Sanur, melalui Bypass Ngurah Rai, kemudian berbelok ke Barat dan berakhir di Jalan Hang Tuah.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung Jagat Gede (alam raya) dan Bhuana Alit Jagat Cilik (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusianya itu sendiri, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan bumi Alam Semesta seisinya.

sumber : 1.https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia    2.https://id.wikipedia.org/wik

Wednesday, June 2, 2021

Kapal Pinisi

 
Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat Bugis yang sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalam naskah Lontar I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14M. Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahu tersebut diambil dari pohon welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangat kokoh dan tidak mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih dahulu dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya bersedia pindah ke pohon lainnya. Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai produsen Perahu Pinisi.

Sawerigading adalah nama seorang putera raja Luwu dari Kerajaan Luwu Purba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dalam bahasa setempat Sawerigading berasal dari dua kata, yaitu sawe yang berarti menetas (lahir), dan ri gading yang berarti di atas bambu betung. Jadi nama Sawarigading berarti keturunan dari orang yang menetas (lahir) di atas bambu betung. Nama ini dikenal melalui cerita yang termuat dalam Sureq Galigo (Periksa Edisi H. Kern 1939), dimulai ketika para dewa dilangit bermufakat untuk mengisi dunia ini dengan mengirim Batara Guru anak patotoe di langit dan Nyilitomo anak guru ri Selleng di peretiwi (dunia bawah) untuk menjadi penguasa di bumi. Dari perkawinan keduanya lahirlah putra mereka yang bernama Batara Lattu’, yang kelak menggantikan ayahnya penguasa di Luwu.
Dari perkawinan Batara Guru dengan beberapa pengiringnya dari langit serta pengiring We Nyilitomo dari peretiwi lahirlah beberapa putra mereka yang kelak menjadi penguasa di daerah-daerah Luwu sekaligus pembantu Batara Lattu’. Setelah Batara Lattu’ cukup dewasa, ia dikawinkan dengan We Datu Sengeng, anak La Urumpassi bersama We Padauleng ditompottikka. Sesudah itu Batara Guru bersama isteri kembali kelangit. Dari perkawinan keduanya lahirlah Sawerigading dan We Tenriabeng sebagai anak kembar emas yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Mengenai masa hidup Sawerigading terdapat berbagai versi di kalangan ahli sejarah. Menurut versi Towani-Tolotang di Sidenreng, Sawerigading lahir pada tahun 564 M. Jika versi ini dihadapkan dengan beberapa versi lain, maka data ini tidak terlalu jauh perbedaanya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan tiga versi mengenai masa hidup Sawerigading, yaitu:
Versi Sulawesi Tenggara, abad V
Versi Gorontalo, 900 dikurangi 50 = 850
Versi Kelantan - Terengganu, tahun 710.
Sepertinya, versi Sulawesi Tenggara lebih dekat dengan versi yang dikemukakan oleh masyarakat Towani
-Tolotang. 
 
Sejarah Kapal Pinisi , Banyak sekali catatan sejarah yang mengulas tentang kapal pinisi ini. Salah satunya adalah Serat Babad La Galigo yaitu merupakan salah satu dokumen sejarah terpanjang di dunia. Catatan ini menyebutkan bahwa kapal pinisi pertama dibuat oleh Sawerigading seorang putra mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok. Tujuan utamanya hendak merantau dan meminang seorang putri Tiongkok bernama We Cudai.
Sayangnya dalam perjalanan pulang ke Luwu, kapal ini harus berhadapan dengan badai dan pecah menjadi tiga bagian yang menyebar ke daerah Ara, Tanah Lemo serta Bira. Tiga daerah ini dipercaya sebagai cikal bakal kelahiran Kapal Pinisi karena di tiga tempat tersebut pecahan kapal Sawerigading dirakit kembali menjadi kapal baru yang saat ini disebut sebagai kapal pinisi.
Penamaan kapal pinisi ini masih menjadi misteri sampai sekarang, Sahabat. Ada yang menyebutkan bahwa pinisi adalah nama dari tiang kapal. Namun, ada yang menyebutkan bahwa nama pinisi adalah nama seorang pelaut yang merancang bentuk kapal pinisi.

Tradisi dan Ritual Pembuatan Kapal Pinisi 
Pembuatan kapal pinisi sangat memakan waktu, bahkan bisa mencapai berbulan-bulan atau bertahun-tahun tergantung dari ukuran kapal pinisi yang diinginkan. Hingga saat ini pembuatan kapal pinisi masih menggunakan cara tradisional dengan ritual Tradisonal. 
Pertama, bahan kapal dicari pada hari baik dan dilakukan pencarian pohon Jati dan Pohon meranti yang kayunya digunakan sebagai bahan pembuatan kapal. Sebelum pohon ditebang, ada doa dan ritual pemotongan Binatang Kurban yang bertujuan untuk mengusir roh jahat dari pohon serta untuk keselamatan kapal. Kayu yang dipilih harus berkualitas tinggi, jadi nggak heran apabila biaya pembuatan kapal pinisi tersebut begitu mahal.
Setelah itu masih dilakukan peletakan pondasi yang harus dihadapkan ke arah timur laut. Proses pembuatan pinisi sebagian besar dilakukan secara manual.
Kapal Buatan Tangan Tanpa Perekat pasti tidak akan menyangka kalau kapal legendaris ini sebagian besar dibuat dengan tangan tanpa menggunakan mesin. Hampir semua proses produksi dari mulai menebang kayu, pemasangan lunas, hingga pembuatan kapal dilakukan secara Tradisonal
Selain itu, kapal ini pun dibuat tanpa bahan perekat, Kayu-kayu yang ada pada kapal tersusun dan hanya direkatkan dengan pasak kayu. jadi membutuhkan waktu yang sangat lama. Ketika sudah selesai, kapal pinisi biasanya digunakan untuk melaut, berdagang atau untuk mencari ikan.
Namun, saat ini kapal pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah untuk berlibur dan menjadi simbol kebanggan bagi pemiliknya. Ada hal unik dari Kapal Pinisi ini Sahabat, tujuh tiang yang dibuat pada kapal tersebut memiliki arti bahwa Indonesia mampu menaklukkan tujuh samudra besar yang ada di dunia. Dari kapal pinisi dapat membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih menjaga erat tradisi leluhur dan sebagai bukti bahwa Indonesia adalah bangsa Maritim .